Think like A Child
Pikiran anak-anak begitu jernih. Sewaktu kecil kita semua berani bermimpi dengan segala kepolosan kita. Tanpa ada ketakutan-ketakutan apakah mimpi kita akan menjadi nyata atau tidak. Barangkali konsep-konsep seperti: berpikir positif, law of attractions, dsb. sebenarnya sudah diinstall oleh Tuhan di otak kita semua sejak kita lahir. Hanya lambat laun pikiran jernih tadi hilang. Hingga saat kita dewasa, seringkali sangat sulit untuk diinstall ulang.
Anak-anak berpikir dengan cara yang berbeda dengan kita. Ada sebuah cerita, seorang konsultan yang sedang membantu memecahkan masalah di sebuah perusahaan yang sudah listed di bursa suatu ketika ikut menghadiri manajemen meeting untuk memecahkan suatu masalah. Sang konsultan membuat sebuah titik di papan tulis. Dan bertanya:"gambar apa ini?". Seluruh anggota manajemen kompak dengan jawaban:"sebuah titik hitam di papan tulis putih". Sang konsultan tiga kali mengulang pertanyaan yang sama, dan mendapat jawaban yang sama. Sang konsultan pun geleng-geleng kepala."Kemarin saya menanyakan pertanyaan yang sama di sebuah TK, dan mendapat 50 jawaban yg berbeda..." Ya, bagi anak-anak, titik hitam tadi dapat menjadi mata seekor burung, bola semut, lalat nemplok, dsb. Kreatifitas para pemimpin puncak perusahaan tadi kalah jauh dengan anak TK. Padahal kreatifitas sangat diperlukan dalam memecahkan masalah.
Ada sebuah cerita tentang Anne Ahira. Beliau adalah ikon internet marketing Indonesia. Ahira kecil adalah pengkhayal yang hebat. Saking inginnya keliling dunia, ia pernah menempelkan foto diri nya di kalender yang berisi gambar-gambar kota dunia. Jadi waktu kecil Ahira sudah punya "foto" dirinya di depan obyek wisata dunia, seperti misalnya di depan Golden Gate , Menara Eiffel, dsb. Gambar-gambar tadi di fotocopy dan ditempel di dinding. Ahira kecil ngotot, sekalipun Ibu nya mencoba meyakinkan bahwa keliling dunia hanyalah mimpi bagi anak seorang buruh pabrik dan penjual gado-gado.
Dan belakangan, Ahira dan Ibu nya menangis terharu setelah melihat foto Ahira yang dimuat di Kompas yang menggambarkan dia sedang di depan Golden Gate . Pose nya sama persis dengan foto khayalan Ahira sewaktu kecil. Luar biasa. Thoughts become Things.
Tidak heran jika Picasso sampai pernah berkata: "Every child is an artist. The challenge is to remain an artist after you grow up". Ya, pelan-pelan kita berubah menjadi orang dewasa dengan meniadakan kehebatan cara berpikir anak-anak yang super kreatif itu.
Anak-anak ternyata selalu menerapkan prinsip 3B dalam berfikir. Sayangnya prinsip itu seringkali sudah kita lupakan:
Berimajinasi
Anak-anak adalah gudang nya imajinasi. Hari ini mereka bisa menjadi guru, besok menjadi perawat, besok lagi menjadi pembalap, dsb. Hari ini bisa perang-perangan di tengah hutan, besok bisa di dalam pesawat angkasa. Imajinasi ternyata sangat penting dalam dunia pemasaran. Seperti halnya seorang marketer, berimajinasi merupakan hal yang penting sebelum mereka merumuskan strategi marketing. Bahkan jauh pada saat produk baru sedang di rumuskan, tim mereka berimajinasi. Misalnya dengan membayangkan bahwa produk tadi adalah sesosok manusia. Berapa umurnya, apa hobby nya, pekerjaanya, kemana kalau "hang-out", minumnya apa, makanya apa, dst. Ini yang kemudian menjadi bahan untuk mengembangkan materi-materi iklan. Karena sudah memiliki imajinasi tentang "karakter" produk tadi, maka penyusunan program marketing menjadi lebih mudah.
Buat anak-anak, tidak ada yang tidak mungkin. Imajinasi mereka spontan dan tidak terlalu memikirkan "the how" nya. Karena bagi anak-anak semuanya mungkin terjadi. Justru orang dewasa yang sering "menyabotase" pikiran jernih mereka dengan kata2: "ah, mana mungkin".Bayangkan kalau cara berimajinasi anak-anak ini kita terapkan dalam menetapkan visi kita kedepan. Kita tidak akan diganggu dengan pikiran-pikiran negatif "ah mana mungkin" tadi.
Bermain
Bagi anak-anak semuanya hanyalah permainan. Dengan demikian tidak ada "masalah" bagi anak-anak. Semua hal bisa dilihat dari sisi yang menyenangkan. Lihat saja, sewaktu bencana banjir di Jakarta yang baru lalu, anak-anak yang justru ceria bermain di tengah banjir. Anak-anak lebih pandai melihat sisi menyenangkan dari setiap "persoalan". Coba kalau ini kita terapkan dalam keseharian. Betapa "persoalan" akan lebih mudah kita hadapi. Semua menjadi permainan yang menyenangkan.
Jika saat ini bisnis yang sedang kita jalani sedang hancur dengan hutang yang begitu banyak. Cobalah berfikir " its just a game ."Bisnis yg sedang kita jalani hanyalah permainan. Bahwa skor nya saat ini minus, hanyalah skor, dan mulai sekarang Anda bisa bermain lebih bagus untuk mendapat skor yang lebih besar. Its just a game. And its fun!
Belajar
Siapa bilang anak-anak malas belajar. Justru mereka belajar setiap waktu. Dalam suatu penelitian di MIT yang menyimpulkan bahwa cara belajar anak-anak itu seperti para scientist. Mereka sangat tertarik hubungan kausalitas. Bagaimana kalau saya melakukan ini, apa reaksi nya. Ini adalah dasar eksperimen. Dan banyak eksperimen yang mereka lakukan. Bagaimana kalau mobil-mobilan ini ban nya dicopot? Bagaimana kalau rambut boneka Barbie ini dipotong, dsb. Rasa ingin tahu yang besar ini, sebenarnya bisa menjadi pendorong kesuksesan yang luar biasa jika kita pertahankan hingga dewasa.
Anak-anak belajar secara alamiah untuk menjadi lebih baik. Seorang bayi yang belajar berjalan, setiap kali jatuh akan bangkit kembali. Berapa kali seorang anak terjatuh dari sepeda? Apakah dia akan berhenti dan meratap. Tidak, dia akan tertawa, bangkit lagi, dan bersepeda lebih baik. Ini adalah proses belajar yang luar biasa. Berani mencoba, berani jatuh dan berani mengevaluasi diri, ini yang sayangnya sering hilang pada saat kita menjadi manusia dewasa.
Jadi, kalau Anda sekarang adalah anak-anak, Anda mau menjadi siapa? Menjadi Spiderman? Batman? Donald Trump? Atau mau jadi Paris Hilton? Selamat berimajinasi.
Senin, 23 Februari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar